Marilah kita memanjatkan syukur atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan Allah kepada kita dan marilah kita menyadari bahwa Allah SWT yang menciptakan kita , senantiasa memperhatikan kita serta menguji sepanjang hidup kita agar semakin menjadi manusia yang menyadari dirinya sebagai hamba-Nya, bisa mendudukan diri di hadapan majikan Yang Maha Besar, Allah Azza Wajalla. Dengan begitu kita selalu memberikan kepatuhan secara totalitas kepada Allah SWT, selalu menyesuaikan diri dengan semua tuntunan-Nya atau dengan kata lain, senantiasa meningkatkan taqwa kepada-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai Cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.(QS. Al-Anbiyaa [21]:35)
Ujian yang diberikan Allah kepada kita bukan hanya berupa hal-hal yang menyusahkan, tapi juga berupa hal-hal yang menggembirakan atau membahagiakan. Ujian dari Allah SWT bukan hanya berupa musibah atau Azab (malapetaka) sebagaimana pada umumnya di pahami orang, tetapi juga bisa berupa kesenangan, kesuksesan dalam berbagai hal, seperti perolehan rezeki yang cukup, memiliki kesehatan badan, penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi, memperoleh kekuasaan dan kedudukan duniawi, baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat atau Negara dan bangsa, dan lain-lain sebagainya.
Memang ada dua macam fenomena dalam kehidupan yang selalu silih berganti menghampiri kita masing-masing :
Yang Pertama, persoalan-persoalan: Hutang yang sulit dilunasi, Piutang yang sulit ditagih, Penyakit yang ingin sembuh, Belum memiliki pekerjaan, usaha, anak, atau jodoh, Bermasalah dalam karir, usaha, rumah tangga, kekurangan atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Sedangkan
Yang Kedua, kondisi dimana kita merasakan kepuasan, keuntungan, kecukupan atau keberhasilan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup kita. Tidak ada orang yang terus menerus merasakan kebahagian. Sekali waktu pasti ia akan merasakan susah, sekali waktu pasti akan merasakan kebahagiaan.
Allahu rabbul ‘alamin mengingatkan bahwa kedua macam kondisi atau dua macam fenomena kehidupan tersebut adalah wujud dari ujian Allah kepada kita semua. Kita harus lulus ketika menghadapi dan menemui kedua macam bentuk ujian tersebut. Apa tanda kelulusan dari kedua macam tersebut? Sabar dan Syukur tanda kelulusan dari ujian Allah SWT.
Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Bijaksana menuntun agar kita bersikap Sabar ketika diuji dengan berbagai musibah serta azab (malapetaka) dan sikap syukur ketika diuji dengan berbagai kenikmatan dan kesenangan, seperti dinyatakan dalam berbagai ayat antara lain surah Al Baqarah :155.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.
kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al Baqarah [2]:155-157).
Juga surah Al Mulk, ayat 1 dan 2 :
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk [67]:1-2)
Sabar menurut Ulama adalah “ Atthabata ‘alaa halqi fii ayyi zaman” tetap teguh tidak bergeming dan tidak menyimpang dari kebenaran dalam kondisi bagaimanapun. Orang yang sabar, mengatasi problem yang dihadapi , ia tetap menahan diri dari berbuat penyimpangan dari kebenaran yang diajarkan Allah seperti, ia tidak akan menimpakan kesalahan kepada orang lain atas kondisi yang ia hadapi, tidak mencari-cari kesalahan orang lain seperti menipu, mencuri, korupsi, manipulasi, menonjolkan hak dirinya tanpa menghargai dan memahami hak orang lain. Itu semua adalah manifestasi dari sikap tidak sabar dan putus asa.
Sementara syukur berarti sadar dan yakin bahwa segala nikmat yang dimiliki bersumber dari kemurahan Allah SWT ia adalah amanat dan titipan Allah, lalu memanfatkannya serta menyalurkannya untuk kemasalahatan dan kemanfaatannya masyarakat, jauh dari sikap egois dan ketergantungan kepada hal-hal duniawi yang ia nikmati itu.
Orang yang sabar ketika menghadapi ujian berbagai musibah akan dilimpahi kesejahteraan dan rahmat serta bimbingan dari Allah untuk segera keluar dari kemelut hidup yang dihadapi. Sementara orang yang bersyukur ketika menemui ujian berupa berbagai kesenangan dan nikmat akan ditambahi dan dilipatgandakan kenikmatannya oleh Allah SWT, seperti janji-Nya :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(QS. Ibrahim [7]: 14).
Bagi orang mukmin, semua kejadian dan kondisi kehidupan yang dia temui harus dianggap sebagai batu ujian untuk selanjutnya dikelola sebagai pengingat dan motivator agar selalu menempuh jalan hak. Bagi orang yang tidak bisa menjadikan segala kejadian –baik atau buruk- sebagai pendorong untuk istiqamah, konsisten dalam kebenaran dan beramal shaleh, berarti ia tidak sabar atau tidak syukur. Ia bisa jadi juga disebut putus asa, suatu sikap yang hanya dimiliki orang kafir dan tidak layak menjadi sifat dan sikap orang mukmin.
Seorang mukmin, sikap dan prinship nya adalah seperti dinyatakan oleh Rasulullah SAW bersabda:
Alangkah menakjubkan perkara atau urusan orang mukmin, Allah SWT tidak menetapkan untuknya satu ketentuan (apapun) melainkan hal itu baik baginya. Ini tidak terjadi selain pada orang mukmin. Dan bila ia ditimpa kecukupan rezeki ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan bila ia ditimpa kesempitan atau kesusahan ia bersabar dan itu baik baginya.
Bersyukur bila mendapat kenikmatan menjadikan orang itu tidak sombong dan lupa daratan. Hal itu akan menguntungkan bagi orang itu sendiri. Sementara sikap tabah dan sabar bila ditimpa musibah menyebabkan tidak memperpanjang penderitaan. Dan bila ia ditimpa kesempitan dan permasalahan ia bersabar dan itu baik baginya.
Marilah kita selalu mengembangkan sikap syukur dan sabar menghadapi liku-liku dan pasang surutnya kehidupan ini. Marilah kita gunakan semua peristiwa yang menimpa kita sebagai penguat iman kita. Jangan sampai hal itu justru melemahkan iman kita. Semoga Allah SWT mengabulkan keinginan-keinginan dan harapan serta ikhtiar kita. Amin
Andrean El-Fachri
http://andreanelfachri.wordpress.com/tulisan-terbaru/bersikap-sabar-dan-syukur/

date Minggu, 09 Mei 2010

0 komentar to “Bersikap Sabar dan Syukur”

Leave a Reply: