Written by vombunomb
Ibu merupakan sosok yang paling berpengaruh pada pendidikan, kesehatan jiwa dan badan bagi seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak. Tugas ibu, pada umumnya, mengawasi anak-anak serta memenuhi tuntutan lahir dan batin. Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap peran para ibu. Allah Swt dalam surat Luqman ayat 14 berfirman, "Dan kami peringatkan kepada manusia berbuat baik kepada kedua orang tua, ibu dan bapaknya; ibunya telah mengandunnya dalam keadaan lemah yang bermabh-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyuukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." Keluarga merupakan pusat pendidikan bagi anak-anak, sedangkan ibu adalah pendidik pertama bagi mereka. Pendiri Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra, menilai pekerjaan ibu sebagai pekerjaan yang paling mulia dan menyebut pangkuan ibu sebagai madrasah terbesar. Beliau mengatakan, "Pada dasarnya, pendidikan dimulai dari peran suci seorang ibu. Para ibu mesti sadar untuk mendidik anak-anaknya sebaik mungkin. Membesarkan anak dan menyerahkan manusia kepada masyarakat merupakan pekerjaan termulia di muka bumi ini." Di dunia saat ini, lantaran ibu merangkap sebagai perempuan karier, hubungan antara ibu dan anak-anak pun kian melebar. Sebab, para ibu lebih memilih sibuk di luar daripada harus mengasuh anak-anak mereka di rumah. Padahal peran ibu sama sekali tak bisa digantikan oleh apapun. Tidak ada fasilitas pendidikan apapun yang dapat menggantikan perasaan, belaian hangat, dan asuhan ibu terhadap anak-anaknya. Terkait hal ini, Dr Benyamin Spack, psikiater anak-anak di AS, mengungkapkan hasil riset lapangannya selama bertahun-tahun, dan mengatakan, "Agar supaya anak tumbuh normal, sebaiknya beberapa jam setelah lahir harus diserahkan kepada ibunya untuk dibelai dan diberi susu, dan jika mungkin sang anak selalu didamping ibunya". Spack mengkritik para ibu yang lalai mendidik anak karena sibuk marawat kecantikan dirinya dan mengatakan, " Di saat kami menanti masyarakat yang sehat, saya berharap kedua orang tua mengerti bahwa memperhatikan anak-anak dan keluarga adalah pekerjaan yang penting, dan minimalnya setara dengan pekerjaan yang lain. Kedua orang tua dalam hal ini tak boleh merasa malu." Bagi kaum hawa, masa hamil adalah salah satu bagian kehidupan yang terindah. Saat itu, ibu bertangungjawab atas perkembangan seorang manusia yang ada pada dirinya. Pada masa itu, ibu melakukan hubungan psikologis dengan janinnya. Berdasarkan sejumlah hasil riset ilimiah, kehati-hatian seorang ibu di masa hamil merupakan peran yang mendasar dalam perkembangan masa depan anaknya. Menurut Dr Spack, seorang anak sebelum lahir tidak hanya tumbuh di rahim ibu, tapi janin itu juga menjadi mitra ibunya dalam semua aktivitas. Yang jelas, kehidupan prakelahiran, merupakan masa yang sangat sensitif dan kritis bagi seorang ibu dan anak. Dalam kondisi ini, mereka dihadapkan pada ancaman bahaya kejiwaan dan kesehatan tubuh. Untuk itu, ibu dan anak memerlukan perhatian ekstra. Dalam berbagai hadis disebutkan mengenai betapa mulianya masa kehamilan dan pahala yang melimpah di masa itu. Berdasarkan ajaran Islam, perempuan yang tengah hamil diumpamakan seperti seorang pejuang di jalan Allah Swt. Bila seorang perempuan meningal di saat melahirkan, maka ia disamakan seperti seorang syahid. Pada suatu hari, Rasulullah saww berbicara mengenai kemuliaan jihad. Seorang perempuan bertanya, "Apakah para perempuan tidak mendapatkan pahala jihad? Rasulullah saww bersabda: "Perempuan juga mendapatkan pahala jihad ketika hamil, melahirkan seorang anak dan menyusuinya. Dalam kondisi itu, perempuan dapat disetarakan dengan seorang laki-laki yang berjihad. Jika ia meninggal dalam kondisi demikian itu, maka perempuan tersebut sejatinya meninggal layaknya seorang syahid di jalan Allah swt." Menyusui adalah salah satu hubungan antara ibu dan anak yang berpengaruh pada perpindahan karakter moral ibu ke anak. Riset membuktikan bahwa menyusui anak sangat urgen bagi seorang ibu. ASI atau air susu ibu merupakan makanan yang paling sehat dan penuh protein. Dalam buletin WHO disebutkan kematian anak-anak yang disusui oleh air susu ibu, enam kali lebih sedikit dibanding anak-anak yang menyusu dengan susu buatan. Sebab, air susu ibu adalah susu natural yang tiada tandingannya, dan sama sekali tak bisa digantikan oleh susu buatan. Ajaran Islam juga menyebut air susu ibu sebagai makanan anak yang paling ideal dan natural. Terkait hal ini, Rasulullah saww bersabda, "Tidak ada susu yang lebih baik dari air susu ibu." Dalam riwayat lainnya, Rasulullah saww bersabda, " Allah swt akan memberikan pahala senilai membebaskan seoarang budak, bagi perempuan di saat setiap kali menyusui anaknya. Ketika masa menyusui selesai, malaikat meletakkan tangannya di atas bahunya dan berkata, "Mulailah hidup baru! Karena Allah swt telah mengampuni dosa-dosamu di masa lalu." Pahala besar yang dipersembahkan ini bukan hanya karena faktor lahiriah menyusui anak, tapi juga karena faktor batin yang dapat memenuhi tuntutan mental anak. Ketenangan seorang anak dalam dekapan ibunya dan detak jantung sang ibu yang didengar anaknya, dapat memberikan dampak positif pada kebutuhan batin seorang anak. Seorang anak yang disusui oleh ibunya, benar-benar merasa terpenuhi kebutuhan psikologisnya, dan saat dewasa, ia akan menjadi manusia dengan karakter yang lebih matang. Dari sisi jasmani pun ia akan menjadi lebih kebal terhadap serangan beragam penyakit. Melalui perlakuan yang baik dan pendidikan yang benar, seorang ibu dapat mengenalkan anaknya dengan etika dan karakter yang terpuji. Samuel Smiles, seorang penulis Barat, menulis, "Pihak-pihak yang memegang erat tali ayunan anak-anak lebih berpengaruh daripada orang-orang yang memegang kendali pemerintahan." Para ibu yang sehat dapat menghasilkan para pemimpin dan politisi yang berpengaruh pada masyarakat. Politisi AS, Jean Randlof, mengatakan, "Hanya satu hal yang menyelamatkan saya dari kesyirikan dan ateisme. Yaitu suatu masa saat orang tuaku memegang tanganku yang kecil, lalu ia mendudukkanku di pangkuannya dan mengucapkan kata Tuhan." Kenyataan ini merupakan contoh bahwa dibanding bapak, seorang ibu lebih berpengaruh dalam menurunkan naluri religiusnya pada si anak. Sangatlah wajar, Rasulullah Saww ketika ditanya oleh sahabat, kepada siapa aku harus berbuat baik, beliau menjawab pada ibu hingga tiga kali dan yang keempatnya, beliau baru menjawab, pada ayahmu. Para ilmuwan di berbagai bidang menyatakan bahwa ibu berperan penting dalam pendidikan agama dan kejiwaan anak. Tanggung jawab seorang ibu sangatlah besar. Untuk itu, Islam menyatakan bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=2160&Itemid=28 |